Langsung ke konten utama

ESAI



Penerapan Sistem House Point Card


Dilontarkan pada September 2018, diputuskan mulai tahun ajaran 2018/2019 akan diterapkan sistem House Point Card untuk kegiatan asrama bagi siswa SMAN Sumatera Selatan.
Peraturan sistem House Point Card merupakan peraturan yang  menerapkan sistem penambahan dan pengurangan poin untuk seluruh kegiatan di asrama. Peraturan ini diberlakukan atas pertimbangan guru dan staf asrama, mengingat terjadi penurunan kedisiplinan siswa terhadap peraturan-peraturan asrama. Tampaknya tanggapan positif dan negatif siswa serta gagasan yang dilontarkan, diabaikan begitu saja. Hal inilah yang memicu kontroversi antara siswa dan guru/staf asrama.
Implementasi tak berarti jika masih terjadi ketidakadilan dalam pemberian poin. Beberapa guru/staf asrama masih memiliki rasa houseism sikap yang lebih mengedepankan kepentingan house-nya dan mengesampingkan house yang lainnya. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan sosial di beberapa house dan mengakibatkan munculnya sikap saling menjatuhkan antar house.
Banyak hal perlu dipertimbangkan, baik dalam hal penerapan dan sistem yang diberlakukan. Untuk mencetak house point card diperlukan banyak kertas dan tinta sehingga membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit.
Secara ideal kita hargai peraturan ini. Permintaan Kepala Sekolah SMAN Sumatera Selatan, M. Ridwan Azis, M.Pd sebaiknya jadi acuan. Hal ini bertujuan agar  budaya kehidupan berasrama yang baik dahulu dapat kita kembalikan.
“Kita akan coba dengan menerapkan sistem ini terlebih dahulu,  untuk bulan pertama akan jadi bulan percobaan mengenai penentuan KKM poin yang harus dikumpulkan dalam menentukan the best house dan the worst house.” ujar Fina Herlina selaku ketua koordinator putri di asrama.
Penjelasan menyeluruh niscaya meyakinkan siswa sehingga tidak terjadi wacana berkepanjangan. Pesan kepala sekolah perlu dijalankan. Kebijakan tersebut dibuat demi kebaikan siswa untuk mendidik pemimpin masa depan yang gemilang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Long-Distance Love, Written by Allah

Every great story begins with something small—an encounter, a message, or even a shared screen. Ours began quietly too, not with fireworks, but with formulas and Zoom meetings. It was 2021, and I was enrolled in a Differential Equations class at Universitas Sriwijaya. Everything was held online due to the pandemic, and that’s when I first saw his name pop up—Khairu Agus Wijaya, a calm and focused student from Merauke, Papua, who was joining through the Merdeka Student Exchange Program (PMM). We weren’t the only ones with cameras on, and there were no breakout rooms, but there were small-group discussions that consisted of four people. But somehow, amidst the grid of faces and silence between lectures, we began to notice each other. Our first interaction wasn’t even in Indonesian—it was in Mandarin, a language we both happened to be learning. That small spark led us to chat more through the class WhatsApp group. We began exchanging ideas about assignments, encouraging each other before...

To XB AIS Class: A Letter From Your Grateful Teacher

As my days at SMA IT Raudhatul Ulum come to an end, I find myself overwhelmed with gratitude, love, and—above all—deep sadness. Resigning from a place that has given me so much is not easy. But what makes it even harder is saying goodbye to a group of students who have left a permanent mark on my heart: XB AIS Class . This class wasn’t just a teaching assignment. It became a safe space, a little home inside the school walls. I still remember my first day with them. I didn’t know yet how close we would become, how they would end up becoming the most beautiful part of my journey in this school. These students—my students—taught me that love can be expressed in countless ways, even in a teacher-student relationship. Though I am older, and though I am supposed to be the one nurturing them, they were the ones who showed me love every day . Some of them encouraged me with kind words, always knowing the right thing to say when I looked tired or overwhelmed. Some gave me gifts—small, thou...

Cerpen: Ikatan Takdir Al Azhar

Study or Married Ikatan Takdir Al Azhar                 “ Ini secercah kisah kehidupanku yang penuh akan lika-liku alur perjalanan dari titik awal hingga ke akhir. Aku menemukan berbagai   rambu-rambu di setiap persimpang a n. Ketika waktunya untuk berhenti, aku akan mencoba untuk berhenti. Di saat aku harus memutar arah ke belakang, maka aku akan melihat masa lalu yang hampir sirna atau bahkan masih terngiang-ngiang di kepalaku dan sekejab akan menikung untuk menghindari tabrakan beruntun di sepanjang tol. Semua orang tidak akan tahu tentang nasib yang akan menyelimuti setiap waktu di sepanjang rute perjalanan umurnya. Kisahku dan kisahmu akan saling berhubungan.” Mungkin hanya itulah sepenggal paragraf yang masih ku ingat saat kita membaca sebuah novel bersama dikala putih abu-abu masih menjadi identitas kita dan toko muslim menjadi vila yang nyaman untuk persinggahan sehabis pulang sekolah. ...