Langsung ke konten utama

story of grade twelve


My story in Grade Twelve
Assalamu‘alaikum guys! Pada kesempatan kali ini gue bakalan sharing cerita gue di kelas 12, cerita yang menarik bukan? Mungkin masa-masa terakhir di SMA itu merupakan masa yang paling berkesan bagi sebagian orang termasuk gue sendiri. Langsung saja kita jump to the story. Check it out! Pada awal tahun ajaran 2018/2019 semua siswa SMAN Sumatera Selatan sedang berkumpul di amphitheatre dalam rangka pembukaan tahun ajaran baru dan pembagian kelas serta pengenalan struktur tim akademik dan staf yang baru. Singkat cerita nama gue ada di kelas 12 ipa 2. Hmm, gak sesuai ekspektasi ya. Awalnya gue pikir bakalan masuk ke kelas 12 ipa 1 bersama anak-anak AS Level lainnya, ternyata tetap saja diacak. Tapi gak apa-apa deh, gue coba untuk menerima takdir. Tau gak? Semua anggota Mantaray House itu ada di kelas 12 ipa 3 dan 12 ips kecuali gue sama Bima. Oh ya, gue belum kenalan kan? Kenalin nama gue Nur Zahwa, kerap disapa Zahwa. Sometimes, adik kelas manggil gue kak Wawa. Gue berasal dari kabupaten Ogan Ilir dan Mantaray House. Gue mantan ketua Taekwondo Club dan mantan anggota rohis, tapi tetap sebagai anggota mentoring kok. Kata orang sih, gue itu termasuk ukhty Smanss yang pendiem tapi kalo udah deket cerewetnya minta ampun. Jilbab gue panjang, cukup pandai dalam bidang matematika, dan sedikit alay. Oh ya, gue hampir lupa. Kita kan lagi ngomongin cerita kelas 12. Jadi, gue itu masuk ke kelas yang namanya DICE class (kelas dadu). Aneh ya? Kalo ditinjau dari namanya gue langsung ngebayangin “kubus”. Nama itu merupakan saran dari Bima. Katanya sih, biar mudah nge-design logonya. Tapi tetep aja punya filosofi kok. Angka di dadu ibaratkan tujuan-tujuan yang hendak kami capai, ketika dikoncang untuk mendapatkan sebuah angka ibaratkan usaha yang sedang kami lakukan. Dan berapapun angka yang didapat, tetap optimis dan percaya bahwa itulah yang terbaik dari Allah swt. Sebelas dua belaslah sama mencari peluang. Mungkin itulah sepenggal history of my class. Sekarang kita mengenal anggota-anggota dari DICE class ya!
Pertama ada Afifah Khoirunnisa, akrab disapa “puyu” oleh teman dekatnya namun, sekarang mendapatkan gelar Ainun dari pak Madi (guru agama islam kelas 12). Dia ini anak lumba-lumba lho alias Dolphin House yang naksir sama master ekonomi di kelas ips (Rizky Ramadhan). Absensinya selalu no.1 dimana saja, gak di intake ataupun di kelas. Agak pendiem sih tapi seru kok kalo udah kenal. Selanjutnya Awalia Rizki Mardatilla (Rhino house), anak badak yang paling keep calm yang satu daerah sama gue dan sering jadi bahan bully-an anak-anak di kelas. Terus ada saudaranya Andini Febbyani, manusia paling lebay se-Smanss asal musi rawas. Tapi menurut gue sih wajar, karena dia anak teater yang suka berekspresi. Lalu ada Alda Vita Fitrika my first rommate in smanss. Ketua mantan News club yang suka nulis jurnal sekolah dan naksir adik kelas (aa’ Fikri Dove house). Selanjutnya ada Eri Aryani, mbak yang satu ini adalah anak Dolphin house yang ahli di bidang biologi. Saingannya Bima kalo lagi di kelas. Kerjaanya sering ngerumpi sama Utami. Langsung aja ke Utami Oktaviani, teman SD gue yang selalu satu kelas sama gue di SMA. Gak ikut inagurasi dan ngebukain time capsule-nya Ulfa (siswa yang mengundurkan diri waktu MPLSA). Punya hobi menyanyi dan anak paduan suara. Oh ya, BTW kita habisin ukhty-ukhtynya dulu ya. Lanjut, ada Fazaliya dan Shedita Nabila Putri. Dua anak komodo yang berkecimpung di dunia biologi dan sama-sama berjuang untuk masuk STAN. Ada Murni Kurnia Ningsih, ukhty paling anti cowok. Gadis asal Sekayu ini memiliki suara yang merdu banget  apalagi kalo tilawah. Pokoknya the best lah. Kemudian ada Rina Meiriani, mama badak yang suka nge-design baju khususnya baju buat wedding. Cinta sama kimia dan sering jadi PIC kegiatan kelas. Ada Suci Patria, gadis di ujung yang pinter bahasa inggris dan udah jadi prasmulyan. Kece ya? Mama hiu yang satu ini gak suka kalo tempat duduknya diambil alih. Lalu ada Mardiah Afifah, teman seperjuangan gue yang ikut tes STIS, anak olimpiade fisika dan calon dokter Unsri. Agak pendiem sih tapi kadang-kadang alay. Nada Shafa Salsabila, my classmate 3 years yang gemar menari. Gadis asal Batu Marta yang sering pake jaket komodo house. Menurut gosip yang beredar sih, dia ini lagi deket sama papanya komodo house (R.M. Temmy A.H.). Di sebelahnya ada Nyayu Habsyah Angraini, temen olimpiade gue yang lagi deket sama saudara gue (Azis Saputra). Cewek ambisius dan rajin dalam belajarnya. Dan ukthy yang terakhir ada Irdyna Syachira, baru deket dan langsung jadi best friend gue. Jago fisika dan sering ngajarin gue. Jilbabnya panjang dan suaranya bagus kalo tilawah. Mantan wakil menteri agama di Smanss sekaligus menjabat sebagai salah satu bendahara  di kelas kami. Agak mentel sih dan punya banyak gosip. Gosip sama yang di Amerika, anak kelas sebelah, dan bahkan kelas sendiri pun juga ada. Wkwkw peace.
Seru, bukan? Kenalan sama cewek-cewek DICE class. Sekarang kita lanjut kenalan sama pria-pria tangguh DICE class. Yang pertama ada Kgs. M. Arsyad mantan menteri agama yang sering mengingatkan di kelas sekaligus rekan kerja Irdyna juga ketika menjadi bendahara kelas. Abang yang satu ini pinter ngitung khususnya di bidang matematika dan fisika. Udah jadi anak UP dengan beasiswa penuh. Selanjutnya ada dua sejoli E-207 yaitu Firli Nurhakim dan Surya Bima Wicaksono. Kerjaan mereka berdua adalah ngebully orang di kelas. Yang satu pinter civic dan yang satu lagi pinter biologi. Selalu duduk berdampingan dan gak pernah pisah. Selanjutnya ada Dilwan Eby Meringga, orang paling ngeselin sejagat raya. My first impression ke dia adalah cawa, caper, cerewet, sering tidur di kelas, dan gak banget deh pokonya. Tapi, setelah gue kenal lebih dekat, dia itu ternyata baik banget gak sesuai perkiraan. Wkwkwkw, dan sekarang gue salut sama dia, udah pinter ngomong (dalam hal yang positif maksudnya) suka ngebantuin temen buat essay sama latihan wawancara. Selalu ngasih support buat temen-temen yang masih berjuang mendapatkan PTN, PTS, ataupun PTK. Selain itu, dia sering menyebut dirinya sebagai ‘Prince Eby’ dan dijuluki sebagai panglima building D. Dia juga seorang prasmulyan lho, anak food business yang bercita-cita punya restoran terkenal. Selanjutnya ada M. Ibnu Fadlinsyah, bujang Lubuk Linggau yang sering jadi juara umum. Anak debat bahasa inggris sekaligus ketua angkatan kami. Tapi hobinya cukup ekstrim yaitu menari. Udah diterima di SAPPK ITB sebagai calon arsitek, keren ya? Selanjutnya ada Riyan Sanjaya, cowok paling puitis dan baperan di kelas. Kerjaannya gombali cewek, tapi baik dan seru kalo jadi temen curhat. Ambisius banget sama kimia dan udah diterima di Polsri. Kemudian dua sejoli terakhir adalah Reza Ramadhan dan WR Supratman, timses paslon no.2 wkwkw. Calon polman astra dan calon akmil yang tempat duduknya di pojok belakang Suci. Kerjaannya mainin laptop aja. Tapi orangnya seru-seru kok. Mungkin itu saja perkenalan seputar DICE class. DICE class!! Un Pour Tous, Tous Pour Un.
*Juli, Agustus 2018
Cieeee yang officially  jadi grade XII , sekarang kalo assembly di amphi tempat duduknya paling atas. Kalo ada acara sekolah atau seminar-seminar tempat duduknya paling kiri. Jadi sering dianggap sesepuh gitu. Pada bulan ini mungkin jadi memorable moment untuk kelas 10 karena mereka melalui yang namanya MPLSA, fondation study, dan house choosing. Dan yang ambil alih pada kegiatan ini adalah kelas 12. Organisasi-organisasi besar seperti SC, CU, dan HFO sangat sibuk sehingga mereka belum efektif mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Kalo gue sih, sekarang lagi sibuk-sibuknya belajar buat persiapan AS Level. Oh ya, kalian belum kenal kan sama anak-anak AS Level? Di Matematika ada ( Shiqo, Tabrani, Arsyad, Niken, dan gue sendiri), kimia (Marthin), biologi (Eri Aryani), dan Fisika (Dian Saputra dan Destry Paradita). Walaupun kelas formal belum dimulai tapi ujian tinggal menghitung hari. Jadi, gue gak terlalu fokus sama kegiatan kelas bahkan gue gak terlalu dekat sama anak kelas kecuali temen-temen yang pernah satu kelas.

********
bersambung

Nantikan kelanjutan ceritanya hanya di blog ini !!!! thanks for reading

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Long-Distance Love, Written by Allah

Every great story begins with something small—an encounter, a message, or even a shared screen. Ours began quietly too, not with fireworks, but with formulas and Zoom meetings. It was 2021, and I was enrolled in a Differential Equations class at Universitas Sriwijaya. Everything was held online due to the pandemic, and that’s when I first saw his name pop up—Khairu Agus Wijaya, a calm and focused student from Merauke, Papua, who was joining through the Merdeka Student Exchange Program (PMM). We weren’t the only ones with cameras on, and there were no breakout rooms, but there were small-group discussions that consisted of four people. But somehow, amidst the grid of faces and silence between lectures, we began to notice each other. Our first interaction wasn’t even in Indonesian—it was in Mandarin, a language we both happened to be learning. That small spark led us to chat more through the class WhatsApp group. We began exchanging ideas about assignments, encouraging each other before...

Cerpen: Ikatan Takdir Al Azhar

Study or Married Ikatan Takdir Al Azhar                 “ Ini secercah kisah kehidupanku yang penuh akan lika-liku alur perjalanan dari titik awal hingga ke akhir. Aku menemukan berbagai   rambu-rambu di setiap persimpang a n. Ketika waktunya untuk berhenti, aku akan mencoba untuk berhenti. Di saat aku harus memutar arah ke belakang, maka aku akan melihat masa lalu yang hampir sirna atau bahkan masih terngiang-ngiang di kepalaku dan sekejab akan menikung untuk menghindari tabrakan beruntun di sepanjang tol. Semua orang tidak akan tahu tentang nasib yang akan menyelimuti setiap waktu di sepanjang rute perjalanan umurnya. Kisahku dan kisahmu akan saling berhubungan.” Mungkin hanya itulah sepenggal paragraf yang masih ku ingat saat kita membaca sebuah novel bersama dikala putih abu-abu masih menjadi identitas kita dan toko muslim menjadi vila yang nyaman untuk persinggahan sehabis pulang sekolah. ...

To XB AIS Class: A Letter From Your Grateful Teacher

As my days at SMA IT Raudhatul Ulum come to an end, I find myself overwhelmed with gratitude, love, and—above all—deep sadness. Resigning from a place that has given me so much is not easy. But what makes it even harder is saying goodbye to a group of students who have left a permanent mark on my heart: XB AIS Class . This class wasn’t just a teaching assignment. It became a safe space, a little home inside the school walls. I still remember my first day with them. I didn’t know yet how close we would become, how they would end up becoming the most beautiful part of my journey in this school. These students—my students—taught me that love can be expressed in countless ways, even in a teacher-student relationship. Though I am older, and though I am supposed to be the one nurturing them, they were the ones who showed me love every day . Some of them encouraged me with kind words, always knowing the right thing to say when I looked tired or overwhelmed. Some gave me gifts—small, thou...