Langsung ke konten utama

Friend? who do you think you're


NIHAO! Siapa sangka puisi ini tetap terpatri di binderku. Can you guest the one who wrote that poem? He was written it when English (Bu Naya) subject. I’m in the same group with him.  Mungkin dia menulis itu pada saat galau. so that’s why puisi itu tentang kesepian. Percaya atau tidak, orang yang menulis itu juga merupakan orang yang menginspirasi diriku untuk membuat blog ini. Orang yang puitis dan suka menulis. Orang yang pertama juga yang pernah membaca blog ini. Pada awalnya aku buat blog hanya untuk memposting tugas-tugas Bahasa Indonesia yang merupakan karyaku sendiri. Tapi, sampai sekarang meskipun tidak ada lagi tugas Bahasa Indonesia, aku tetap menulis entah itu buat cerita ataupun curhat. Ga penting banget kan? Wkwkwk. Aku tu sebenarnya salut dengan dia ini. Tulisannya bisa menang dan dapet hadiah ke Eropa (meskipun ga jadi berangkat). BTW For your information, aku lagi bedah binder buat persiapan kuliah semester 3. Eh ga sengaja ketemu tulisan ini, ternyata masih aja kesimpen. Hmm, bercanda. Aku itu menyimpan semua kenangan selama di SMA baik itu surat, kartu ucapan, atau benda-benda berharga lainnya. Jadi beruntunglah orang yang pernah hadir dalam kehidupanku wkwk.

       Surat? Surat apa ini wkwwk. Yah ketahuan deh siapa yang aku bicarain dari tadi. Yaps Riyan Sanjaya. The first boy and the only boy who ever gave  me a piece of letter. So sad yaa. Aku itu ga punya teman laki-laki selain Tabrani selama kelas X dan akhirnya nambah satu pas kelas XII. Kelas XII inilah kecabean aku terkuak, emang aneh kan. Mungkin ngerasa udah mau lulus jadi pengen nakal. Di surat itu tertulis jelas kalo dia mau jadi temanku. Tapi sekarang dia tidak mau lagi jadi temanku, why? Sebelumnya Duibuqi (maaf dalam Bahasa mandarin). Mungkin karena aku bukan teman yang baik. Melalui blog ini aku ingin mengatakan alasan kenapa aku menjauh pada waktu itu. Bukan karena aku tidak setia kawan ataupun seperti yang kau bayangkan Yan. Pada waktu itu, aku tahu bahwa saudara aku ada yang menyukaimu dan aku sering mengolok-oloknya juga (walaupun sekarang tidak lagi). Tapi, ketika aku menjadi temanmu, siapa sangka menimbulkan fitnah dan akupun dituduh nikung. So, perlahan-lahan aku menjauh. Selain itu, rumor mengenai dirimu dan Irdyna masih tetap berlanjut gara-gara cerpen “Adin” itu. Sedangkan aku dan Irdyna duduk bersebelahan dan berteman. Jika aku masih dekat denganmu, ada yang mengatakan ini itu dan pada akhirnya jadi fitnah lagi. Sekali lagi maaf Yan, sumpah aku tidak bermaksud apapun. Pada saat aku baca surat itu, aku terharu ternyata first impression kau ke aku bagus yee. Aku tu seneng bekawan dengan kau, galak ngasih saran, motivasi, semangat. Kalo aku cerito samo kau pasti aku berubah jadi cerewet. Jujur, aku susah cerito ttg keluargo atau saat down ke wong lain even housemate aku. Tapi kalo dengan kau idak. Pas aku down gara-gara olimpiade kemaren, Cuma dengan kau aku biso cerito bahkan dengan kawan sekamar aku be aku dak biso ngomong apo-apo. Saat di shelter corner, aku biso cerito apobe. Well, sebenernyo ngpo kau tu dak nganggap aku sebagai kawan kau, bingung aku tentang salah aku tu selalu kepikiran nah? Tau dak ye, pas farewell party samo graduation aku nak ngajak kau foto tapi dak berani gara-gara kau tu sinis nian. Pas farewell aku tu nak manggil tapi kau langsung mekik manggil mamy Destry sm Eri. Yo sudah dak jadi. Setiap aku chat kau pasti kau ngmong ngapo dk ngechat Dilwan, Ejak, samo Irdyna. Itulah istimewanyo kau, aku dak biso cerito samo mereka mengenai hal-hal tertentu. Xie Xie for everything
 

            "Nah ambeklah tanda tangan aku. Gek kalo aku lah terkenal kau lah punya ttd aku, biar dak susah lagi mintaknyo". Ini yang lucu dari kau. Nyoret-nyoret dan ke-PD an nian. Tapi mokasih lh bikin kenangan di binder aku. Xie Xie for Everything. Aku pengen nulis ini takutnyo sampe aku mati belum tersampaikan. Spirit for your test. Semoga dapat yang terbaik entah itu STAN, STIS, atau yang lainnyo. May ALLAH always blessing u. see you when I see u. Tulisan aku dak sebagus kau kan wkwk


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Long-Distance Love, Written by Allah

Every great story begins with something small—an encounter, a message, or even a shared screen. Ours began quietly too, not with fireworks, but with formulas and Zoom meetings. It was 2021, and I was enrolled in a Differential Equations class at Universitas Sriwijaya. Everything was held online due to the pandemic, and that’s when I first saw his name pop up—Khairu Agus Wijaya, a calm and focused student from Merauke, Papua, who was joining through the Merdeka Student Exchange Program (PMM). We weren’t the only ones with cameras on, and there were no breakout rooms, but there were small-group discussions that consisted of four people. But somehow, amidst the grid of faces and silence between lectures, we began to notice each other. Our first interaction wasn’t even in Indonesian—it was in Mandarin, a language we both happened to be learning. That small spark led us to chat more through the class WhatsApp group. We began exchanging ideas about assignments, encouraging each other before...

Cerpen: Ikatan Takdir Al Azhar

Study or Married Ikatan Takdir Al Azhar                 “ Ini secercah kisah kehidupanku yang penuh akan lika-liku alur perjalanan dari titik awal hingga ke akhir. Aku menemukan berbagai   rambu-rambu di setiap persimpang a n. Ketika waktunya untuk berhenti, aku akan mencoba untuk berhenti. Di saat aku harus memutar arah ke belakang, maka aku akan melihat masa lalu yang hampir sirna atau bahkan masih terngiang-ngiang di kepalaku dan sekejab akan menikung untuk menghindari tabrakan beruntun di sepanjang tol. Semua orang tidak akan tahu tentang nasib yang akan menyelimuti setiap waktu di sepanjang rute perjalanan umurnya. Kisahku dan kisahmu akan saling berhubungan.” Mungkin hanya itulah sepenggal paragraf yang masih ku ingat saat kita membaca sebuah novel bersama dikala putih abu-abu masih menjadi identitas kita dan toko muslim menjadi vila yang nyaman untuk persinggahan sehabis pulang sekolah. ...

To XB AIS Class: A Letter From Your Grateful Teacher

As my days at SMA IT Raudhatul Ulum come to an end, I find myself overwhelmed with gratitude, love, and—above all—deep sadness. Resigning from a place that has given me so much is not easy. But what makes it even harder is saying goodbye to a group of students who have left a permanent mark on my heart: XB AIS Class . This class wasn’t just a teaching assignment. It became a safe space, a little home inside the school walls. I still remember my first day with them. I didn’t know yet how close we would become, how they would end up becoming the most beautiful part of my journey in this school. These students—my students—taught me that love can be expressed in countless ways, even in a teacher-student relationship. Though I am older, and though I am supposed to be the one nurturing them, they were the ones who showed me love every day . Some of them encouraged me with kind words, always knowing the right thing to say when I looked tired or overwhelmed. Some gave me gifts—small, thou...