Langsung ke konten utama

Failure time: My 4th Semester In Sriwijaya University

 




Assalamu’alaikum semuanya, tidak terasa ya semester 4 sudah berakhir. Well, sekarang masih Unsri masih masa liburan. Aku akan ceritain masa-masa semester 4 ku. Semester ini adalah semester yang paling berkesan. Pada semester ini untuk pertama kalinya aku lolos di beberapa kegiatan Volunteering meskipun itu diadakan secara daring yang tidak harus ke luar kota. Semester ini juga aku mulai merasakan dunia kerja meskipun pekerjaan part time saja. Dan di semester ini juga sebagian besar lomba yang aku ikuti tidak menang. Di semester ini aku juga mulai diamanahkan sebagai sekretaris umum HIMMA (Himpunan Mahasiswa Matematika). Dibilang Streess, pasti. Dibilang sibuk, pasti. Tetapi aku bersyukur karena dari semester inilah aku mulai belajar kerasnya hidup. Kegagalan, putus asa, pesimis, dan hampir menyerah pasti dirasakan. Terima kasih untuk semuanya yang telah menemaniku sampai tahap ini. Diva, Sincia, Naqi, Mutiara, Ego, Fitri, Egit, dan semuanya yang ada di Aokyo class maupun palembang class. Semester depan kita sudah memasuki tahun ketiga di dunia perkuliahan dan kesempatan mengikuti kegiatan kampus semakin sedikit.

                                                                              

Pada semester ini, mata kuliah yang diambil yaitu Media Pembelajaran Matematika, Etika Profesi, Evaluasi Pembelajaran, Model Pembelajaran, Belajar dan Pembelajaran, Aljabar Linier, Geometri Transformasi, dan Statistika Nonparametrik. Hari senin pagi ada Media Pembelajaran diampuh oleh bu Yeka dan Prof Zukardi, pada mata kuliah ini belajar menggunakan media dalam mengajar matematika kepada siswa. Media yang digunakan berupa Poster, foto, video, puisi, dan media lainnya. Aku masuk di kelompok 5 yang anggotanya ada Khairida, Indah R, dan Uchi. Di tugas akhir kami buat artikel terkait media poster yang di submit di idm314.org. Setelah mata kuliah media, dilanjutkan dengan Etika Profesi yang diampuh oleh Bu Novita dan Prof. Zulkardi lagi.Sebenernya mata kuiah ini untuk semester 6 tapi kami sudah bisa ambil untuk mencukupi SKS maksimal. Pada mata kuliah ini, aku paling sering lupa absen elearning, pernah bahkan lupa kuliah. Kami belajar undang-undang dan kode etik pendidikan, huhh sebenarnya sangat membosankan tapi sangat berguna untuk masa depan. Dihari yang sama juga ada mata kuliah Evauasi Pembelajaran yang diampuh oleh Prof. Ratu, bu Zuli, dan Bu helen. I like this course, but it is stressfull. Tugas dari mata kuliah ini banyaknya bukan main dan deadlinenya pun bukan main. Disini kami belajar cara analisis butir soal, buat soal, soal TIMSS dan Pisa, dan hal-hal baru lainnya yang menantang. Di hari Rabu pagi, mata kuliah yang paling deg-degan. Yaitu Model Pembelajaran bersama Bu Ely dan Bu Tia. Bikin RPP dan Praktek Mengajar adalah rutinitas. Projek nya juga artistik, apalah daya diriku yang tidak punya bakat seni. Kemudian di siang hari ada Mata kuliah BDP atau Belajar dan Pembelajaran bersama Bu Iin dan Bu Novika. Ibu-ibu yang paling sabar dan tidak tegang, yaps disini tentunya belajar terkait kegiatan belajar dan mengajar serta ada ilmu psikologisnya sedikit. Keesokan Harinya, Mata kuliah Geotrans bersama pak M. Yusup. Bisa dibilang ga ngerti tapi sebenarnya menarik. Jarang sekali kuliah apalagi setelah UTS ga ada materi yang aku pahami sama sekali. Lanjut ke Mata Kuliah Alin bersama bu Cecil, Bu Tia, dan Bu Novita. Aku suka mata kuliah ini karena ada di materi pokok Kn-Mipa. Dan terakhir Mata kuliah Statnon di hari Jum’at. Bersama pak Jeri dan Prof. Ratu. I like this Course So much. Main SPSS, analisis data, pengambilan keputusan, dan analisis artikel. That’s all about my 4th semester courses.

Well, segitu dulu ya tentang my 4th semester. Kalo teman-teman ingin tahu cerita lainnya tinggal request di kolom komentar atau pantengin terus ya ceritaku. See u <3      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Long-Distance Love, Written by Allah

Every great story begins with something small—an encounter, a message, or even a shared screen. Ours began quietly too, not with fireworks, but with formulas and Zoom meetings. It was 2021, and I was enrolled in a Differential Equations class at Universitas Sriwijaya. Everything was held online due to the pandemic, and that’s when I first saw his name pop up—Khairu Agus Wijaya, a calm and focused student from Merauke, Papua, who was joining through the Merdeka Student Exchange Program (PMM). We weren’t the only ones with cameras on, and there were no breakout rooms, but there were small-group discussions that consisted of four people. But somehow, amidst the grid of faces and silence between lectures, we began to notice each other. Our first interaction wasn’t even in Indonesian—it was in Mandarin, a language we both happened to be learning. That small spark led us to chat more through the class WhatsApp group. We began exchanging ideas about assignments, encouraging each other before...

Cerpen: Ikatan Takdir Al Azhar

Study or Married Ikatan Takdir Al Azhar                 “ Ini secercah kisah kehidupanku yang penuh akan lika-liku alur perjalanan dari titik awal hingga ke akhir. Aku menemukan berbagai   rambu-rambu di setiap persimpang a n. Ketika waktunya untuk berhenti, aku akan mencoba untuk berhenti. Di saat aku harus memutar arah ke belakang, maka aku akan melihat masa lalu yang hampir sirna atau bahkan masih terngiang-ngiang di kepalaku dan sekejab akan menikung untuk menghindari tabrakan beruntun di sepanjang tol. Semua orang tidak akan tahu tentang nasib yang akan menyelimuti setiap waktu di sepanjang rute perjalanan umurnya. Kisahku dan kisahmu akan saling berhubungan.” Mungkin hanya itulah sepenggal paragraf yang masih ku ingat saat kita membaca sebuah novel bersama dikala putih abu-abu masih menjadi identitas kita dan toko muslim menjadi vila yang nyaman untuk persinggahan sehabis pulang sekolah. ...

To XB AIS Class: A Letter From Your Grateful Teacher

As my days at SMA IT Raudhatul Ulum come to an end, I find myself overwhelmed with gratitude, love, and—above all—deep sadness. Resigning from a place that has given me so much is not easy. But what makes it even harder is saying goodbye to a group of students who have left a permanent mark on my heart: XB AIS Class . This class wasn’t just a teaching assignment. It became a safe space, a little home inside the school walls. I still remember my first day with them. I didn’t know yet how close we would become, how they would end up becoming the most beautiful part of my journey in this school. These students—my students—taught me that love can be expressed in countless ways, even in a teacher-student relationship. Though I am older, and though I am supposed to be the one nurturing them, they were the ones who showed me love every day . Some of them encouraged me with kind words, always knowing the right thing to say when I looked tired or overwhelmed. Some gave me gifts—small, thou...